Sesungguhnya Allah menjadikan kisah Para Nabi terdahulu dan mengabadikannya dalam Quran agar dapat dijadikan pelajaran dan hikmah bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai kisah Nabi Yusuf AS. Nabi Yusuf merupakan anak ke tujuh dari dua belas putera-puteri Nabi Ya’qub, ia dikaruniakan Allah rupa yang baik, paras tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan beliau sebagai idaman setiap wanita.
Diceritakan bahwa rasa sayang yang diberikan sang ayah kepada Nabi Yusuf AS membuat rasa iri hati dan dengki dari saudara-saudara Nabi Yusuf yang lain sehingga terbersitlah niat untuk mengasingkan Nabi Yusuf, dan membuangnya ke sumur hingga ia dijadikan budak oleh musafir yang lewat dan akhirnya bisa menjauh dari sang ayah. Mereka berpikir bahwa ketika Yusuf berpisah dengan sang ayah, maka ayah mereka akan memiliki perhatian yang lebih kepada saudara-saudara Yusuf. Niat tersebut akhirnya dilaksanakan oleh para saudara nabi yusuf, dengan berdalih mengajak yusuf untuk bermain mereka akhirnya mampu mengelabui Yusuf dan membuangnya ke sumur, meninggalkannya tanpa pakaian dan kembali kepada Nabi Ya’kub dengan penjelasan bahwa Yusuf telah mati dimakan srigala.
Nabi Ya’kub sebenarnya telah mengetahui bahwasanya Yusuf merupakan Nabi Allah atas mimpi yang telah diceritakan Yusuf kepada Nabi Ya’kub, sehingga hal tersebut membuat beliau memiliki rasa sayang yang lebih kepada Yusuf. Ketika mengetahui bahwa Yusuf telah mati dimakan serigala sebagaimana dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf yang lain, Nabi Ya’kub menjadi sangat sedih. Disisi lain pada saat di sumur, Nabi Yusuf merasakan derita yang luar biasa, selain ia harus menerima kenyataan bahwa para saudaranya tega melakukan hal tersebut pada dirinya, ia juga harus menahan rasa lapar, sakit, dan dingin ketika berada didalam sumur hingga beberapa hari. Hingga akhirnya datanglah suatu kafilah yang mengambil air dari sumur dimana Nabi Yusuf dibuang, pada saat itu juga Nabi Yusuf bisa naik ke permukaan, dan ketika melihat paras wajah, dan kulit putih serta tubuh yang tegak, maka kafilah tersebut membawa Yusuf untuk dijual dalam pasar budak dengan berasumsi bahwa Yusuf memiliki harga yang mahal ketika dijual.
Singkat cerita akhirnya Yusuf dibeli oleh seorang ketua Polisi Mesir bernama Fathifar dan dijadikan budak. Yusuf terkenal dengan sifatnya yang santun, ramah, baik, jujur, dan memiliki keunggulan fisik dibandingkan pria lainnya. Hal tersebut membuat Istri Fathifar, Zulaekha terpicu nafsunya untuk dapat memiliki Yusuf hingga akhirnya ia memasang tipu muslihat dan menjebak Yusuf untuk masuk ke kamarnya dan mengajaknya untuk melakukan perbuatan zina. Namun tentu saja dengan kemantapan iman dan keluhuran akhlak Yusuf menolak ajakan tersebut dan berusaha untuk keluar dari kamar, Zulaikha menarik baju Yusuf sampai robek agar tidak pergi keluar kamar. Pada saat itu juga datanglah Fathifar dan terkejut melihat pemandangan yang ia lihat. Fathifar kemudian meminta petunjuk saudari zulaeikha yang terkenal bijaksana untuk mengambil keputusan dalam situasi ini demi mengetahui siapa yang berdusta dan siapa yang jujur. Dikatakan bahwa jika baju depan yang robek maka yusuf lah yang berdusta, tetapi jika baju belakang yang robek maka zulaikha lah yang berdusta, dengan demikian maka terungkaplah bahwa zulaikha yang mencoba merayu dan menggoda yusuf.
Hal tersebut menjadi desas desus masyarakat bahwa Zulaikha mencoba menggoda Yusuf, budaknya sendiri. Hingga akhirnya Zulaikha mengundang seluruh wanita yang membicarakannya kedalam suatu jamuan pertemuan, dan pada saat Yusuf dipanggil keluar, maka terpana lah para wanita tersebut hingga mereka yang tadinya sedang mengiris kulit buah secara tidak sadar mengiris-iris tangannya sendiri karena melihat ketampanan rupa dari Yusuf. Karena merasa direndahkan oleh Yusuf, maka Zulaikha meminta suaminya untuk memenjarakan Yusuf dengan tuduhan menggoda Zulaikha, meskipun Fathihar mengetahui kebenaran sebenarnya, ia tidak dapat berbuat apa-apa, demi menjaga nama baik keluarganya ia terpaksa memenuhi permintaan istrinya, sehingga dipenjara lah Yusuf.
Menghadapi situasi tersebut, Yusuf tidak mengeluh bahkan bersyukur, karena ketika ia dipenjara maka ia akan dijauhkan dari godaan para wanita yang mencoba merayunya, disisi lain ia merasa lebih nyaman karena disana ia mendapatkan waktu lebih untuk dapat bermunajat kepada Allah. Aktifitas yang dilakukan Yusuf didalam penjara ialah memberi bimbingan dan nasihat kepada mereka yang dipenjara, agar bertobat atas kesalahan yang dilakukan, serta bersabar dan bertakwa kepada Allah dan memohon agar segala penderitaan dan kesilitan yang mereka alami dapat segera berakhir. Pada suatu hari datanglah dua orang pemuda tahanan yang bermimpi dan ingin agar Yusuf menjelaskan apa maksud dari mimpi tersebut. Pemuda pertama ia mengatakan bahwa ia berada dalam sebuah kebun anggur sembari memegang gelas, lalu diisinya gelas tersebut dengan perasan buah anggur,sedangkan pemuda yang lain melihat bahwa dirinya berada dalam sebuah keranjang berisi roti, roti tersebut kemudian dimakan oleh sekelompok burung. Kemudian Yusuf menjelaskan mimpi tersebut, bahwasanya pemuda pertama akan segera dikeluarkan dari penjara dan akan dipekerjakan kembali seperti sedia kala di kerajaan, sedangkan pemuda kedua akan dihukum mati dengan disalib dan kepalanya akan menjadi makanan burung. Demikian lah tabir mimpi kedua pemuda tersebut yang dijelaskan oleh Nabi Yusuf. Selang tidak lama kemudian, ternyata apa yang dijelaskan Nabi Yusuf menjadi kenyataan, keluar lah surat pengampunan Raja bagi pemuda pertama dan hukuman salib bagi pemuda kedua.
Pada suatu hari berkumpullah Raja Mesir di istana, para pembesar, penasihat dan tokoh masyarakat diundang dalam pertemuan tersebut dalam rangka untuk memberikan penjelasan atas mimpi yang dialami sang Raja. Ia bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, disamping itu ia juga melihat tujuh butir gandum hijau dan tujuh butir gandum yang kering. Ia menjelaskan mimpi tersebut kepada seluruh peserta yang hadir, akan tetapi tidak ada seorang pun yang mampu menjelaskan mimpi tersebut, hingga akhirnya sang pemuda yang dibebaskan dari penjara teringat akan kemampuan Nabi Yusuf dalam membaca tabir mimpi, hingga ia memohon kepada Raja untuk memanggil Nabi Yusuf dari penjara guna menjelaskan mimpi sang Raja. Kemudian dipanggilah Yusuf, dan dijelaskan makna dari mimpi sang Raja. Dijelaskan oleh Nabi Yusuf, bahwasanya Negara ini akan menghadapi masa makmur dan subur selama tujuh tahun, dimana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi, sayur mayor, dan segala hasil pertanian akan mengalami masa menuai yang baik dan membawa hasil bahan makanan yang berlimpah ruah, kemudian disusul oleh musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya dimana sungai nil pun tidak memberi air yang cukup bagi ldang-ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedangkan persediaan bahan makanan hasil dari tahun sebelumnya dimasa subur itu sudah habis dimakan. Akan tetapi, lanjut Nabi Yusuf, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu, akan tibalah tahun basah dimana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami tanah-tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lezat untuk dimakan.
Maka Nabi Yusuf memberikan saran kepada Raja Mesir untuk menyimpan sebanyak mungkin persediaan bahan makanan selama masa subur untuk persiapan di masa kering. Menanggapi penafsiran tersebut Raja Mesir merasa puas, ia melihat kejujuran, kesucian hati dan kebesaran jiwa dari dalam diri Nabi Yusuf, sehingga ia menawarkan untuk membebaskan Nabi Yusuf dari penjara. Akan tetapi Nabi Yusuf tidak ingin keluar dari penjara atas belas kasihan sang Raja, dan ingin keluar atas dasar kebenaran sehingga meminta kepada Raja untuk memanggil seluruh wanita yang hadir dalam jamuan termasuk zulaikha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Hingga akhirnya dijelaskanlah kejadian sebenarnya, dan Yusuf dapat bebas dari penjara dengan bersih dan terbukti tidak bersalah. Sebagaimana diceritakan sebelumnya sudah muncul rasa kagum Raja Mesir terhadap Nabi Yusuf, ia telah mendengar banyak cerita tentang Nabi Yusuf, kecerdasannya, keramah tamahan, serta akhlak dan budi pekerti luhurnya, menurut Raja akan sangat bermanfaat bagi kerjaan jika Nabi Yusuf diberikan amanah untuk memimpin rakyat dan Negara. Nabi Yusuf menolak tawaran tersebut, tetapi ia menerima jika diberikan kekuasaan penuh dalam bidang keuangan dan disteribusi bahan makanan, karena menurut pertimbangan Nabi Yusuf, kedua bidang tersebut merupakan kunci dari kesejahteraan rakyat dan kestabilan Negara. Raja yang sudah percaya dengan Nabi Yusuf segera memenuhi keinginan Nabi Yusuf dan memutuskan memberikan kekuasaannya kepada Nabi Yusuf.
Sebagai penguasa yang bijaksana Nabi Yusuf mampu memimpin Mesir dengan baik, sehingga rakyat dapat hidup aman, tentram dan sejahtera, pun dalam masa kemarau sebagaimana telah diprediksikan sebelumnya, Negara sudah memiliki persediaan makanan yang lebih dari cukup, sehingga tidak mengalami kesulitan. Berita kemakmuran Negeri Mesir tersebar hingga kepelosok negeri, sehingga daerah-daerah pinggiran segera datang ke pusat kota untuk meminta bahan makanan, termasuk rombongan orang-orang Palestina yang pada saat itu juga sedang kekurangan bahan makanan. Didalam rombongan orang palestina tersebut terdapat saudara Nabi Yusuf yang dulu mencelakakan Nabi Yusuf dan membuat hidupnya menderita, hingga bertemulah Nabi Yusuf dengan saudaranya. Pada saat itu hanya Nabi Yusuf yang ingat wajah saudaranya sedangkan para saudaranya tidak sadar bahwa orang yang berbicara didepannya ialah Nabi Yusuf. Singkat cerita saudara Nabi Yusuf menyesal atas perbuatan yang dilakukannya karena telah membuat sang ayah menjadi sedih hati hingga Ya’kub mengalami penurunan kondisi secara fisik, diceritakan bahwa Ya’kub telah berusia lebih dari seabad, dan buta. Mendapati kondisi tersebut, Yusuf meminta para saudaranya untuk membawa sang ayah ke istana, dan pada akhirnya Nabi Yusuf dan Nabi Ya’kub beserta seluruh keluarganya dapat bertemu kembali dengan suasana yang haru biru dan penuh atas rasa syukur nikmat Allah SWT.
Hikmah atas kisah Nabi Yusuf tersebut ialah bahwasanya penderitaan yang mungkin suatu saat kita alami sejatinya memiliki rahmat dan berkah ketika kita menghadapi hal tersebut dengan rasa kesabaran dan keteguhan hati atas pertolongan Allah sebagaimana Nabi Yusuf contohkan ketika beliau dibuang kedalam sumur, jauh dari ayah yang sangat disayanginya, sendirian dengan rasa lapar, dijual dalam pasar budak, hingga dipenjara atas kesalahan yang tidak beliau lakukan. Semua hal tersebut dihadapi dengan penuh kesabaran, bahkan tanpa ada keluhan sedikit pun. Disisi lain kisah ini juga menceritakan bahwa segala nikmat dan karunia rezeki ialah milik Allah SWT, maka ketika kita diberikan rezeki kita harus bersyukur dan melipat gandakan amal kebaikan kita, serta tidak tersilaukan oleh kenikmatan dunia. Hal ini juga dicontohkan Nabi Yusuf ketika beliau akhirnya dipercaya sebagai pemimpin dan memangku kekuasaan dunia, tetapi beliau tetap seperti sedia kala, tidak merasa sombong dan bijaksana menyikapi kenikmatan yang beliau dapatkan. Nabi Yusuf tidak menaruh rasa dendam berkelanjutan kepada saudaranya yang membuangnya dulu, meskipun ada rasa sedih dan kecewa, tetapi beliau mampu memaafkan sikap saudaranya, hal ini mengajarkan kita akan arti dari kesabaran dan jiwa pemaaf. Hingga akhirnya kebahagiaan pun datang ketika Nabi Yusuf dapat bertemu kembali dengan ayah yang sangat dirindukannya. Bahwasanya selalu ada kemudahan setelah kesulitan, dan selalu ada kebahagiaan setelah kesedihan, itulah pelajaran terakhir yang dapat dipetik dalam kisah ini. Wallahualam bisshowab.